English, my love harbor
Semilir angin menghembuskan dinginnya udara disela-sela jendela kamar. Bulan sabit yang melengkung indah hiasi langit yang penuh kerlip bintang. Sepuluh menit sudah aku berdiri di samping jendela menikmati karya agung sang maha kuasa. Tiba-tiba saja, awan hitam begitu pekat meremukkan segalanya. Crescent moon tak lagi dapat aku pandang. Langit begitu gelap, ribuan bahkan jutaan mata bintang yang tadinya berkedip ,esrah menghilang digantikan dengan cucuran air mata langit yang seakan menyudahi kebahagiaan alam. Surabaya, sejenak kehilangan udara panasnya.
Terdengar jeritan nada ponsel di kamar seakan meminta tolong ditengah-tengah asyiknya gemelegar guntur yang bersautan. Aku pun bergegas mengampirinya. Tertulis jelas satu pesan diterima.
“babe, what are you doing? Do you have any assignment today? Isi pesan singkat itu dari Meta, cewek yang ku percayakan menjaga separuh jiwa ku.
Rangkaian kata yang penih makna itu seakan membuat hati menggerutu bangga. Betapa tidak? Dia adalah cewek yang sulit untuk mengatakan iya untuk menerima cinta dari ku, tak seperti cewek lain yang hanya dalam hitungan hari bahkan jam dapat mengatakan saying balik pada ku. Namun, tak kurang dari 37 x 24 jam aku baru bias melelehkan kerasnya hati Meta. Aku tak tahu mengapa aku bias kenal dan percaya untuk menitipkan hati ini kepadanya. Entah ini cinta atau sekedar lelucon yang sering aku sasarkan pada cewek-cewek yang tak jelas wujudnya. Aku tahu bahkan sadar bahwa cinta bukanlah sebuah permainan.
Rintikan air hujan membuat perasaan ini menerawang tanpa batas, aku baringkan tubuh ini di atas hamparan tempat tidur dan menggoyangkan jemari ku di atas keypad ponsel guna melayangkan pesan singkat untuk Meta.
“Night babe, I am drawing the beautiful Meta in my mind. Luckily I’ve no any task now. Babe, I miss u. btw, what are u doing now?
Deretan kata itu aku layangkan ke angkasa untuk bertarung menerobos cakrawala. Aku mneunggu pesan terkirim yang tak kunjung bersuara. Hati ku menggerutu, apakah guntur yang bersuara lantang di langit itu menghadang pesan singkat ku? Angina di luar begitu kencang, seolah-olah mengabarkan sesuatu yang sulit untuk diterka namun begitu bermakna. Aku pu menutup jendela yang kian menari dengan iringan suara guntur dan petir. Lagi-lagi aku pastikan pesan singkat itu sudah atau belum terkirim. Namun, layer ponsel ku berbica belum.
Hal yang paling membosankan adalah menunggu. Aku tak bias terlalu lama dalam situasi itu walaupun aku sadar bahwa hidup adalah sebuah penantian—menanti sebuah kematian. Dan aku tak bisa menolaknya atau menawar-nawarnya lagi. Namun. Dalam penantian sering kali aku pergunakan untuk mengisi suatu hal yang akan menjadi bekal ketika apa yang sudah aku tunggu dating.
Gundukan buku kuliah yang bersebrangan dengan kamar, aku jadikan sasaran untuk mengisi waktu luang ketika menunggu sebuah jawaban. Aku memilih buku dengan cover yang berwarna biru tertulis Understanding and Using English Grammar. Tetapi aku kuga tak bisa membohongi perasaan ku kalu aku sangat mengharapkan pesan terkirim nampang dilayar ponsel. Jujur! Aku sangat mencintai Meta. Namun, ebtah itu cinta atau sekedar lelucon biasa.
Pikiran ku bertualang saat hujan mengguyur Surabaya. Guntur dan petir beradu suara seakan tak mau terkalahkan. Buku tebal ditangan tak lagi terlihat jelas deretan huruf, kata, frase bahkan rangkaian kalimatnya. Meta, cewek cantik yang mahir dalam bahasa inggris diantara beberapa temannya itu membuat aku melupakan sejenak kegelisahanku. Kali pertama aku mengenalnya ketika dia dijadikan bahan taruhan Renita, teman sekelas Meta dan juga temanku. Aku sangat tertantang menerima hal itu, bukan karena mie ayam imbalannya, tetapi kepawaianku menaklukkan cewek.
Aku sangat optimis dapat memenangkan permainan konyol yang mampu membuat sasaranku mati berdiri saat mengetahui kalau dirinya hanya dijadikan bahan taruhan—bukan karena cinta. Aku tahu dan sangat sadar bahwa yang aku lakukan ini akan meremukkan hati seseorang, melecehkan kehormatan seseorang bahkan mengakhiri nyawa seseorang seperti yang pernah aku lihat dan aku dengar di televise. Tetapi kenapa aku nekat melakukannya? Kalau itu terjadi padaku bagaimana dengan kuliahku, bagaimana dengan keluargaku dan bagaimana pula dengan nama universitasku—hancur sudah!!!
Segala perbuatan pasti mempunyai resiko dan itu harus dipertanggungjawabkan.
Dahiku mengernyit bangga karena Renita sudah membicarakan aku pada Meta. Itu berarti aku tidak perlu mentebutkan namaku lagi untuk melancarkan agresi ini. Aku memulai mengirim pesan singkat ke Meta dengan persetujuan Renita.
“hay, ni sapa ya td kok da miscall dr nmr ni?” isi pesan singkat yang kali pertama aku layangkan pada Meta.
“sorry!!! Td hape q dpake ma tmnq.” Jawaban Meta dalam sms-nya
“q td kan tny nama u, kok jwabannya gitu, pa u gk pny nama?”
“ u can call me Eka! Sorry 4 my mistakes” seru Meta
Jawaban Meta yang menggunakan bahasa inggris itu membuat aku semakin tertantang untuk mendapatkan hatinya. Aku berasumsi kalau dia pintar. Dan itu yang sangat aku harapkan.
“wow, it’s great! U can write in English. Could u speak in English well? Tanyaku seraya memuji
“I can’t speak ing English by mobile phone cz I’m not expert enough in listening skill” jawab Meta
Aku bukan orang yang mudah menganggukkan kepala untuk menyetujui sesuatu yang belum pasti. Aku ingin membuktikan apa benar Meta tidak bisa berbicara bahasa inggris melalui telepon. Menganalisa dari struktur kalimatnya, sedikit yakin kalau dia bisa berbicara bahasa inggris. Akhirnya aku telepon dia sekedar untuk memastikan asumsiku.
“hello Eka, I’d like to practice my speaking skill with you. Is it alright for you?” aku membuka percakapan tetapi Meta tak kunjung juga bicara bahasa inggris setelah aku menunggu selama 57 detik.
“it’s okay if you do not want to practice your English with me. A thing that you have to remember, I merely…….” ujar ku
“maaf! Aku nggak bisa berbicara bahasa inggris di telepon.” Sahutnya menyudahi percakapan.
*****
Siang begitu cepat menggantikan pagi dan mengantarkan sore menuju malam. Begitu seterusnya. Tiada henti waktu berputar dari detik ke menit, dari menit ke jam, dari jam ke hari, dan dari hari ke mingi dan dari minggu ke bulan. Pertemanan antara Meta dan aku pun bertambah akrab. Aku yang dulunya mengenal Meta dengan nama Eka, tak lagi ada. Pasalnya setelah aku investigasi, dia bernama lengkap Ameta Anggraini dan lebih dikenal dengan nama Meta dikalangan temannya. Kita selalu menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa sms. Aku senang dengan kondisi ini apalagi aku dikenalkan dengan Rani dan Cahya, teman les Meta, yang ikut-ikutan menggunakan bahasa inggris saat mengirim sms ke aku. Walaupun Rani, Cahya, dan Meta sempat benci sekali dengan ku setelah mengetahui kalau Meta hanya aku jadikan bahan taruan ku dengan Renita. Mereka menganggap kalau cinta tak seharusnya ditukar dengan mie ayam yang dapat dibeli dengan mudah. Namun, setelah aku meminta maaf dan menyakinkan mereka kembali, kami menjadi teman yang asyik.
*****
Aku bukan manusia sempurna yang tidak mempunyai keterbatasan pemikiran dan perasaan terhadap sesuatu. Aku membutuhkan cinta sejati yang mampu menemaniku dalam kegelisahan dan keterpurukan. Aku benar-benar dalam keadaan jatuh cinta. Betapa tidak??? Hatiku laksana terukir namanya, perasaanku laksana menyimpan wajahnya dan bibir ini laksana ingin terus menyebutnya. Meta, engkaukah cinta ku yang hilang?
“love is blind”, kalimat ini berlaku bagi diriku. Aku adalah orang yang membuatnya ragu dengan pernyataan cinta, membuatnya tak lagi percaya akan sebuah cinta, membuatnya berpaling dari cinta. Namun, aku harus mengatakan pada Meta kalau aku benar-benar cinta padanya bukan lagi karena tantangan dan bukan juga karena semangkok mie ayam. Aku tulus mencintainya. Tapi, aku ragu kalau dia akan percaya dengan pernyataan cintaku.
Aku tahu bahwa aku bukan seorang penyair yang pandai merangkai kata-kata demi meluluhkan jati seorang wanita. Malam sampaikan padanya betapa aku mencintainya dan betapa aku menyayanginya. Kemerlip bintang malam dan sorotan cahaya bulan seakan mendukung aku untuk mengatakan cinta pada Meta. Malam ini juga aku harus mengungkapkan perasaan ini pada Meta. Aku mencoba menelpon dia dan memastikan bahwa cinta ku ini bukan lagi atas dasar taruhan. Tapi ini adalah isi hati yang tak bisa aku bohongi. “Meta, I love you. I do hope that you will be mine. I’ll be waiting for your decision this night. Yes or no” pernyataan cintaku pada Meta melalui layanan pesan singkat.
Beberapa menit kemudian, Meta membalas sms ku dan mengatakan kalau dia tidak bisa memberikan jawaban malam ini juga. Dia merasa sulit walau hanya untuk memilih iya atau tidak. Tetapi, dia berjanji untuk memberikan jawaban esok hari.
Berulang kali aku memaksanya untuk segera menjawab ketika embun pagi masih bersetubuh dengan lembaran dedaunan.
Aku bukanlah angin yang mampu menghadang merpati untuk terbang dia angkasa dengan kekuatannya. Malam terasa begitu panjang, ketika aku menanti sebuah jawaban. Aku mengharapkan sang surya segera memusnahkan malam yang penat dan melelahkan ini. Dalam penantian masih terdapat sebuah keraguan yang mengusik dalam kalbu. Meta, akankah engkau menjadi pelabuhan cinta terakhirku?
Pagi ini terasa indah, bunga-bunga mekar dengan berbagai warna dan langit cerah dengan warna bitu muda. Aku tidak tahu apakah hati ini juga akan merasakan secuil kebahagian alam itu atau merubah keindahannya dengan kehancuran hatiku. Aku pastikan bahwa Meta akan memberikan jawabannya pagi ini.
“Meta, gmn dg jwbn u? q gk wm terlalu lma menunggu. Klo tdk blg tdk klo iya blg iya!” isi pesan singkat ku berseru.
“knp u msh ingat akn prkataan u smalam. Pdhl q bharap u akn mlupakannya. Pa u bnr2 mncintai q? balas Meta meragukan cinta ku.
“Meta, I do love u. Ok? I do not wanna force u giving me the answer if u love me too, just say that!”
“please call me! I will give u the answer as soon as possible. Swear!!!”
Segera aku mencari nama Meta di phonebook ponsel ku dan segera menghubunginya.
“tut……tut……tut……”nada sambung ponsel Meta
“Hello, Meta, I wanna say that I love you” ujarku dengan suara pelan dan mesrah
Setelah diam beberapa menit, akhirnya terdengar suara “I love you too, I do hope you will be serious in this case”
Tepat pukul 6.33 WIB cintaku dan Meta melebur menjadi satu, satu kesatuan yang utuh. Kita selalu bermesrah-mesrahan sebatas keharmonisan antara jarak, tak lebih. Hidup memiliki norma agama dan adapt yang harus dipertahankan setiap pemeluknya.
Tiba-tiba saja, serpihan sang surya menerobos pintu kamar, ketika Agung, teman kos ku, menggungah ku dari penantian panjang di malam itu dan membuat aku menjatuhkan buku Understanding and Using English Grammar yang terpangku saat aku lelap dalam imajinasi bersama Meta, bukan kekasih gelapku. Layer posel ku menampilkan tiga pesn diterima. Satu pesan laporan pengiriman sukses dan sisanya sms dari cintaku yang telah lama hilang.
Tertulis (1/2) Night babe, I do really love u. I can’t live without u. I do hope that u will never disappoint me just cz of a bet. I’ve laid u inside my deepest heart.
(2/2) I’ll love u as long as u are loyal to me. I trust u that u will be never kidding me anymore. Keep my love and put it inside ur deepest heart. Ur last love harbor (Meta).
Hatiku seakan tersenyum lebar setelah membaca isi pesan singkat itu. Dan, lagi-lagi ketika aku sudah mendapatkan cewek yang aku inginkan, hatiku tersenyum seraya bertanya,”apakah aku bisa mempertahankannya dalam waktu 30x24 jam???”. “sepertinya tidak!” jawabku tersenyum simpul.
Surabaya, 20 Februari 2009 (Revised)
The original script is kept by “someone”
21:12 WIB