Me at A glaNce

Foto saya
GRESIK BERHIAS IMAN merupakan slogan kota kelahiranku. sekarang aku menempuh pendidikan S1 di Surabaya State University, The faculty of Language and Art, English Department. pendidikan ini aku peroleh karena aku berkesempatan mendapat beasiswa mengikuti SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Mindset "The Beauty of Writing" tertanam sejak aku berada di bangku MTs setelah mengirim karya tulis ke Deteksi Jawa Pos. hobi menulis ku ini tertampung di media sekolah sampai akhirnya aku menjabat sebagai pemimpin redaksi mading SMA dan Reporter Majalah PROSPEK. it's amazing experience actually! sebelum aku menetap di kota Pahlawan untuk merampungkan studi ku, aku menulis sebuah buku panduan kepramukaan untuk adik didik ku di alamamaterku dan sekarang mencoba mengukir kembali buku baru yang berjudul " Scouting Guide " yang aku dedikasikan untuk mereka pula. aku temukan the great spirit of writing here. "Dahaga Akan Cinta dan Rindu Rosulillah" merupakan puisi ku yang menduduki posisi ketiga dalam lomba menulis puisi cinta untuk Rosulullah di Universitas Negeri Surabaya. (email: ali_rosyidi51@yahoo.com)

Selasa, 19 Februari 2013

MEDIC, Sang Momok Debat!

Bukan hal mudah untuk menjadi Sang Juara. Diperlukan banyak pengorbanan untuk meraihnya, minimal mengorbankan waktu dan tenaga. MEDIC (Maskumambang English Debating Community) kembali melukis bintang di ajang kompetisi debat di wilayah kabupaten Gresik (13/2) setelah menguras pikiran, tenaga dan waktu selama beberapa minggu berlatih. Tak heran bila beberapa sekolah pesaing mengatakan bahwa MEDIC adalah “Sang Momok”—yang paling ditakuti—di wilayah kabupaten Gresik. Pasalnya, MEDIC sudah tiga tahun berturut-turut menyabet gelar ‘the champion’ dalam ajang kompetisi tahunan yang dihelat di Universitas Muhammadiyah Gresik itu.
 
            Menjadi “Sang Momok” tidak lantas menjadikan MEDIC di atas angin. Namun, predikat tersebut menjadi pemicu bagi anggota-anggotanya untuk menunjukkan yang terbaik, minimal mampu mempertahankan gelar ‘Sang Juara’ di wilayah Kabupaten Gresik. Ibarat pekerja keras, anggota MEDIC tidak mengenal siang dan malam untuk mengasah kemampuan mereka dalam membangun argumen (case-building), melatih keterampilan berbicara (speaking) dan berekspresi meyakinkan panelist (manner). Dalam berdebat, ada tiga hal yang menjadi tolok ukur kemenangan sebuah tim, yakni matter, method dan manner.

            Tim MEDIC Putra I yang diawaki oleh Abdullah Faqih (XI B IPS), Hasbi Ashshiddiqi (XI C IPA) dan Muhammad Ali Fikri (XI C IPA) mampu menyempurnakan tuntutan ketiga kriteria penilaian debat itu dengan baik kepada panelist dan mengalahkan Tim Debat SMA Negeri 1 Gresik di Grand final. Di sisi lain, MEDIC Putri hanya bisa menyabet Juara Harapan I setelah kalah merebut Juara III dari SMA Negeri I Manyar. Sementara Tim MEDIC Putra II, terdiri dari Badarus Zaman (X B), Heru Eka Prasetya (XI C IPA) dan Kun Khoiro AM (X B), harus puas dengan gelar ‘quarter finalist’ setelah kalah dengan SMA Negeri 1 Gresik di babak quarter final.  Namun, hal itu tidak akan mematahkan semangat anggota MEDIC untuk tampil ‘memukau’ di ajang kompetisi debat selanjutnya.

            Mengibarkan bendera kemenangan di sebuah kompetisi akan terasa sangat sulit bila tidak dipersiapkan dengan baik. Maka persiapan yang matang dan mental yang mapan harus menjadi modal pertama dan utama sebelum berpasrah diri kepada ketentuan Tuhan. Man Proposes, God Disposes merupakan pijakan bagi tim MEDIC bahwa segalanya perlu perencanaan. Dan, bentuk perencanaan sebelum mengikuti ajang perlombaan debat adalah berlatih. Setelah menyusun perencanaan dengan baik, maka berterimalah dengan garis yang telah ditentukan Tuhan sebagai taqdir. Bila ditaqdirkan menjadi menjadi sang juara, maka setidaknya bisa mempertahankan gelar itu untuk kompetisi selanjutnya dan atau bahkan meraih yang lebih baik. Bila taqdir memutuskan bahwa kekalahan berpihak pada kita, maka sesungguhnya itu adalah kemenangan yang tertunda. Sehingga kita harus lebih giat menyusun perencanaan yang jauh lebih baik.

            Ingat! Menang atau kalah dalam sebuah pertandingan adalah mutlak. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi kemenangan atau kekalahan itu. Jangan menjadikan kemenangan itu sebagai media takabur dan kufur atas pemberian Tuhan sehingga kita lalai dengan hakikat nikmat itu sendiri. Kemenangan itu, bagi saya, adalah bagian dari ujian Tuhan. Setidaknya, kita akan diuji seberapa ingat dan dekat kita kepada Sang Khaliq setelah mendapat nikmat itu. Dan, setidaknya kita akan diuji seberapa bijak kita setelah menyandang label ‘Sang Pemenang’. Tidak sedikit orang yang ‘sok’ setelah mereka menang atau berkuasa sehingga gelap mata dan melalaikan esensi kemenangan, yang kemudian menuntun mereka pada kesesatan yang nyata.

            Kekalahan dalam sebuah kompetisi bukan merupakan akhir dari segalanya. Bahkan, itu adalah awal pertandingan sesungguhnya. Berangkat dari kekalahan, kita harus lebih bisa bangkit dan menunjukkan bahwa kita mampu menjadi seperti mereka, Sang Juara. Jangan terlalu lama merenungi dan mendramatisir sebuah kakalahan karena hanya akan menjebak kita pada penistaan, dan kemudian menyalahkan ketentuan Tuhan. Dan, kekalahan itu sendiri adalah guru yang bisa memberi pelajaran penting untuk menjadi ‘the real champion’. (*)

Tidak ada komentar: