Bukan hal mudah untuk menjadi Sang
Juara. Diperlukan banyak pengorbanan untuk meraihnya, minimal mengorbankan
waktu dan tenaga. MEDIC (Maskumambang English Debating Community)
kembali melukis bintang di ajang kompetisi debat di wilayah kabupaten Gresik
(13/2) setelah menguras pikiran, tenaga dan waktu selama beberapa minggu
berlatih. Tak heran bila beberapa sekolah pesaing mengatakan bahwa MEDIC adalah
“Sang Momok”—yang paling ditakuti—di wilayah kabupaten Gresik. Pasalnya, MEDIC
sudah tiga tahun berturut-turut menyabet gelar ‘the champion’ dalam ajang
kompetisi tahunan yang dihelat di Universitas Muhammadiyah Gresik itu.
Menjadi
“Sang Momok” tidak lantas menjadikan MEDIC di atas angin. Namun, predikat
tersebut menjadi pemicu bagi anggota-anggotanya untuk menunjukkan yang terbaik,
minimal mampu mempertahankan gelar ‘Sang Juara’ di wilayah Kabupaten Gresik.
Ibarat pekerja keras, anggota MEDIC tidak mengenal siang dan malam untuk
mengasah kemampuan mereka dalam membangun argumen (case-building),
melatih keterampilan berbicara (speaking) dan berekspresi meyakinkan panelist
(manner). Dalam berdebat, ada tiga hal yang menjadi tolok ukur
kemenangan sebuah tim, yakni matter, method dan manner.
Tim
MEDIC Putra I yang diawaki oleh Abdullah Faqih (XI B IPS), Hasbi Ashshiddiqi
(XI C IPA) dan Muhammad Ali Fikri (XI C IPA) mampu menyempurnakan tuntutan
ketiga kriteria penilaian debat itu dengan baik kepada panelist dan
mengalahkan Tim Debat SMA Negeri 1 Gresik di Grand final. Di sisi lain, MEDIC
Putri hanya bisa menyabet Juara Harapan I setelah kalah merebut Juara III dari
SMA Negeri I Manyar. Sementara Tim MEDIC Putra II, terdiri dari Badarus Zaman
(X B), Heru Eka Prasetya (XI C IPA) dan Kun Khoiro AM (X B), harus puas dengan
gelar ‘quarter finalist’ setelah kalah dengan SMA Negeri 1 Gresik di
babak quarter final. Namun, hal itu
tidak akan mematahkan semangat anggota MEDIC untuk tampil ‘memukau’ di ajang
kompetisi debat selanjutnya.
Mengibarkan
bendera kemenangan di sebuah kompetisi akan terasa sangat sulit bila tidak
dipersiapkan dengan baik. Maka persiapan yang matang dan mental yang mapan
harus menjadi modal pertama dan utama sebelum berpasrah diri kepada ketentuan
Tuhan. Man Proposes, God Disposes merupakan pijakan bagi tim MEDIC bahwa
segalanya perlu perencanaan. Dan, bentuk perencanaan sebelum mengikuti ajang
perlombaan debat adalah berlatih. Setelah menyusun perencanaan dengan baik,
maka berterimalah dengan garis yang telah ditentukan Tuhan sebagai taqdir. Bila
ditaqdirkan menjadi menjadi sang juara, maka setidaknya bisa mempertahankan
gelar itu untuk kompetisi selanjutnya dan atau bahkan meraih yang lebih baik.
Bila taqdir memutuskan bahwa kekalahan berpihak pada kita, maka sesungguhnya
itu adalah kemenangan yang tertunda. Sehingga kita harus lebih giat menyusun
perencanaan yang jauh lebih baik.
Ingat!
Menang atau kalah dalam sebuah pertandingan adalah mutlak. Yang terpenting
adalah bagaimana kita menyikapi kemenangan atau kekalahan itu. Jangan
menjadikan kemenangan itu sebagai media takabur dan kufur atas pemberian Tuhan
sehingga kita lalai dengan hakikat nikmat itu sendiri. Kemenangan itu, bagi
saya, adalah bagian dari ujian Tuhan. Setidaknya, kita akan diuji seberapa ingat
dan dekat kita kepada Sang Khaliq setelah mendapat nikmat itu. Dan, setidaknya
kita akan diuji seberapa bijak kita setelah menyandang label ‘Sang Pemenang’.
Tidak sedikit orang yang ‘sok’ setelah mereka menang atau berkuasa sehingga
gelap mata dan melalaikan esensi kemenangan, yang kemudian menuntun mereka pada
kesesatan yang nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar